Thursday, September 29, 2016

Sejarah Bakmi Jawa

Bakmi Jawa Godhog
Bakmi Jawa atau Mi Jawa adalah bakmi rebus (bahasa Jawa: bakmi godhog) yang dimasak dengan bumbu khas masakan Jawa. Kebanyakan bakmi Jawa adalah bakmi rebus, sehingga di manca negara khususnya (Malaysia dan Singapura) bakmi Jawa ini dikenal dengan sebutan mee rebus, akan tetapi sebenarnya terdapat variasi mi goreng dari bakmi Jawa.

Bakmi dimasak di atas tungku tanah liat (anglo) dan api arang. Meskipun banyak pembeli yang memesan, juru masak tidak memasak semua pesanan dalam satu wajan besar, melainkan bahan dan bumbu diracik satu per satu. Pesanan dimasak satu porsi demi satu porsi di dalam wajan kecil. Ciri khas lainnya bakmi Jawa adalah penambahan suwiran daging ayam kampung dan telur bebek ke dalam masakan.
Bakmi Jawa banyak dijajakan di kota Yogyakarta dan kota-kota di Provinsi Jawa Tengah seperti Purwokerto, Magelang, Semarang, Solo, dan kota-kota lainnya. Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul merupakan tempat asal pedagang bakmi Jawa yang berdagang di berbagai kota besar di Indonesia.


Penjual bakmi Jawa di Yogyakarta berdagang mulai senja dan meletakkan gerobak tempat memasak bakmi di depan tempat usaha mereka. Pedagang bakmi Jawa yang ramai diantri pembeli di Yogyakarta di antaranya Bakmi Pak Pele di Alun-Alun Utara, Bakmi Kadin, Bakmi Mbah Hadi Terban, Bakmi Mbah Mo di Desa Code, Trirenggo, Bantul, Bakmi Jombor di Sleman dan Bakmi Mbah Wito di Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul.

Susilo Bambang Yudhoyono sebelum terpilih sebagai presiden dikabarkan sering mendatangi Warung Bakmi Jawa di Wonosari, Gunungkidul. Almarhum Presiden Soeharto juga dulunya adalah salah seorang pelanggan bakmi Jawa di Pasar Prawirotaman, Yogyakarta. Ketika Soeharto masih menjabat presiden, salah satu warung Bakmi Jawa dari Jogja sering diundang untuk memasak di Istana Negara setiap Peringatan 17 Agustus.
/